Sore itu Aku
mengikuti ekstrakulikuler basket di sekolahku,pukul 3 sore basket
dimulai. Basket dalam satu minggu ada 3kali pertemuan, senin rabu jam 3
dan sabtu jam 1. Aku dan seorang teman perempuanku duduk ditepi lapangan
basket,tak lama kemudian teman kelasku yang laki-laki pun datang.
Ya,kami semua berbincang-bincang. Lalu mas Dana datang,dia salah satu
pelatih basket disekolahku. Bukan hanya mas dana,tetapi mas ibnu juga
datang untuk melatih kami. Mas ibnu adalah adik kandung dari mas dana,
kakak-adik samasama pelatih basket, ya..
Aku dan semua teman-temanku adalah murid baru di eskul basket ini, ya,
kami baru kelas satu saat itu. Saat basket dimulai,mas dana melakukan
absensi terlebih dahulu. Setelah itu aku dan teman-teman mengikuti
pemanasan. Sekitar 20 sampai 30 menit kami semua melakukan pemanasan.
Awalnya,aku hanya berbicara bersama teman kelasku saja, karena aku belum
mengenal satu dengan yang lainnya entah itu anak kelas satu ataupun
kakak kelasku,dari kelasku hanya 2 orang perempuan termasuk aku dan 6
laki-laki yang mengikuti basket.
Pertemuan awal,kami hanya melihat kakak kelas bermain basket, ya,
walaupun dalam benak kami, kami ingin bermain. Tapi apa boleh buat, itu
sudah perintah dari mas dana. Beliau memberikan waktu untuk istirahat
hanya 5 sampai 10menit, mau tak mau kamipun mengikuti aturan tersebut.
Saat aku dan cicih sedang minum air mineral, teman kelasku, Rachmat
Ramadhan priansyah,biasa dipanggil nanang berbicara kepadaku
“vin,panggilin cewek yang didepan gerbang dong!” pintanya, “cewek? Siapa
nang?” jawabku. Nanang pun mengecek ponsel yang ia genggam lalu berkata
“dia ada di depan vin,pake baju warna kuning,rambutnya panjang. Suruh
masuk aja,basketnya udah mulai gitu”. Entah kenapa,aku langsung menuruti
perkataan Nanang.
Jarak dari lapangan menuju gerbang utama lumayan jauh. Ya,aku melintasi
ruang guru,loker absensi,gerbang kedua,dan post satpam. Ketika aku sudah
sampai didepan,aku melihat disekelilingku,mencari perempuan yang Nanang
jelaskan tadi. Beberapa menit sudah aku didepan gerbang,tetapi aku
belum menemui perempuan itu. Kemudian dari kejauhan, nanang berteriak
“disebelah kanan vin! Depan bengkel”. Ya,sekolahku berhadapan dengan
bengkel,minimarket,rumah makan,salon,dan took matrial. Langsung saja aku
menghampiri perempuan itu, perempuan itu berambut panjang,ia memakai
baju berwarna kuning lengan pendek,celana olahraga sekolah,tas
ransel,dan membawa bola basket. aku menepuk punggung nya dan berkata
“hey,masuk aja. Basketnya udah mulai daritadi.” “oh iya duluan aja,lagi
nunggu temen.” Jawabnya dengan singkat yang sejak tadi focus dengan
ponsel yang ia genggam. “yaudah cepet ya,nanti dimarahin mas dana loh”
ajakku.
Kemudian aku masuk kedalam sekolah lagi, langkahku terhenti karena
Nanang menghampiri “vin udah diajak masuk belum amel nya? Tanya nanang
kepadaku. “amel? Siapa nang?” tanyaku dengan heran karena aku tak
mengenal siapa amel. “cewek yang tadi itu loh.. masa kamu lupa sih vin?”
jelasnya. “oh, yang tadi didepan? Iya udah aku suruh masuk,tapi katanya
nanti sebentar dia lagi nunggu temen deh kayaknya nang.” Jawabku,
“hmm.. yaudah deh ntar juga masuk, oke makasih banyak ya vin!”
lanjutnya, “iya nang samasama.” Jawabku
Aku dan cicih bersama teman kelasku duduk ditempat duduk yang ada payung
besar nya. Ya,disekitar lapangan ada 2 tempat duduk bersponsor minuman.
Tak lama kemudian,perempuan berbaju kuning pun masuk bersama satu teman
kelasnya. Aku melihat 2 perempuan itu dari kejauhan,mereka bersalaman
dengan mas dana dan mas ibnu. Entah apa yang mas dana katakan, mereka
berdua menghampiri tempat dimana kami semua duduk. Seketika nanang
memulai percakapan “vin,ini amel. Yang tadi kamu suruh masuk. Ini
temennya amel, namanya ghina.” Aku amel dan ghina saling bersalaman
disusul dengan cicih, teman sekelasku. “kelas apa mel? Ko ngga pernah
liat ya?” tanyaku memulai percakapan diantara kita berempat. “aku sama
ghina sekelas vin, 7g,kamu sekelas sama nanang ya?” tanyanya kepadaku,
“oh 7g,pantesan nggak pernah liat,kelas kita jaraknya jauh hehe. Iya 7d,
ko kamu tau?” jwbku, “iya,tau dari nanang..” tuturnya. Percakapan kami
berempatpun menjadi panjang lebar, maklum.. namanya juga perempuan
Tak terasa,waktu istirahat habis dan mas dana membunyikan peluit tanda
untuk berkumpul dilapangan. Aku cicih amel ghina dan yang lainnya
berjalan menuju lapangan,kakak kelas pun begitu. Setelah berkumpul, mas
dana memberikan arahan dan peraturan di eskul basket. “senin rabu mulai
jam 3, sabtu kita latihan di GOR jam 1. Kalian harus tertib, tidak boleh
telat, yang telat denda. 1 menit denda seribu, kalau kalian terlambat
setengah jam.. hitung saja sendiri. Mas ngasih aturan kayak gini,biar
kalian tepat waktu,serius buat latihan. Mas bakal memaklumi kalau kalian
terlambat karena hal yang emang gakbisa ditunda. Tapi itu bukan
alesan,mas tau kalau kalian bohong. Jadi, anak basket jangan ada yang
telat, yang telat denda 1menit seribu. Boleh bawa motor,tapi yang sopan
naik motornya,kalian masih SMP hati-hati naik motor jangan kebut-kebut.”
Jelasnya, “iya mas…” jwab anak-anak dengan kompak. Sekitar pukul 5 sore
kami semua melakukan doa bersama sebelum pulang, setelah berdoa kami
semua berpamitan kepada mas dana dan mas ibnu. Aku pulang bersama cicih,
amel pulang bersama ghina. Nanang pun pulang dengan teman-teman yang
lainnya.
Sejak hari itu, ketika disekolah aku berpaspasan dengan amel dan ghina,
kami saling menyapa. Ya,mereka berdua teman baruku yang berbeda kelas
tapi satu angkatan. Dari hari demi hari,latihan demi latihan,kami
berempat semakin akrab. Berawal dari bertemu 3 kali dalam satu
minggu,kami sering jalan-jalan dan bermain bersama. Bukan hal yang
aneh,berbeda kelas tapi akrab bukan? Ya,kamipun saling berbagi
cerita,kami bersahabat dengan baik. Diakhir pecan,kami berempat sudah
biasa bermain bersama,bermain sambil ngerjain tugas,atau hanya sekedar
bermain dirumah salah satu dari kami berempat.