Senin, 16 Februari 2015

Berawal dari Nepuk Pundak

Sore itu Aku mengikuti ekstrakulikuler basket di sekolahku,pukul 3 sore basket dimulai. Basket dalam satu minggu ada 3kali pertemuan, senin rabu jam 3 dan sabtu jam 1. Aku dan seorang teman perempuanku duduk ditepi lapangan basket,tak lama kemudian teman kelasku yang laki-laki pun datang. Ya,kami semua berbincang-bincang. Lalu mas Dana datang,dia salah satu pelatih basket disekolahku. Bukan hanya mas dana,tetapi mas ibnu juga datang untuk melatih kami. Mas ibnu adalah adik kandung dari mas dana, kakak-adik samasama pelatih basket, ya..

Aku dan semua teman-temanku adalah murid baru di eskul basket ini, ya, kami baru kelas satu saat itu. Saat basket dimulai,mas dana melakukan absensi terlebih dahulu. Setelah itu aku dan teman-teman mengikuti pemanasan. Sekitar 20 sampai 30 menit kami semua melakukan pemanasan. Awalnya,aku hanya berbicara bersama teman kelasku saja, karena aku belum mengenal satu dengan yang lainnya entah itu anak kelas satu ataupun kakak kelasku,dari kelasku hanya 2 orang perempuan termasuk aku dan 6 laki-laki yang mengikuti basket.

Pertemuan awal,kami hanya melihat kakak kelas bermain basket, ya, walaupun dalam benak kami, kami ingin bermain. Tapi apa boleh buat, itu sudah perintah dari mas dana. Beliau memberikan waktu untuk istirahat hanya 5 sampai 10menit, mau tak mau kamipun mengikuti aturan tersebut. Saat aku dan cicih sedang minum air mineral, teman kelasku, Rachmat Ramadhan priansyah,biasa dipanggil nanang berbicara kepadaku “vin,panggilin cewek yang didepan gerbang dong!” pintanya, “cewek? Siapa nang?” jawabku. Nanang pun mengecek ponsel yang ia genggam lalu berkata “dia ada di depan vin,pake baju warna kuning,rambutnya panjang. Suruh masuk aja,basketnya udah mulai gitu”. Entah kenapa,aku langsung menuruti perkataan Nanang.


Jarak dari lapangan menuju gerbang utama lumayan jauh. Ya,aku melintasi ruang guru,loker absensi,gerbang kedua,dan post satpam. Ketika aku sudah sampai didepan,aku melihat disekelilingku,mencari perempuan yang Nanang jelaskan tadi. Beberapa menit sudah aku didepan gerbang,tetapi aku belum menemui perempuan itu. Kemudian dari kejauhan, nanang berteriak “disebelah kanan vin! Depan bengkel”. Ya,sekolahku berhadapan dengan bengkel,minimarket,rumah makan,salon,dan took matrial. Langsung saja aku menghampiri perempuan itu, perempuan itu berambut panjang,ia memakai baju berwarna kuning lengan pendek,celana olahraga sekolah,tas ransel,dan membawa bola basket. aku menepuk punggung nya dan berkata “hey,masuk aja. Basketnya udah mulai daritadi.” “oh iya duluan aja,lagi nunggu temen.” Jawabnya dengan singkat yang sejak tadi focus dengan ponsel yang ia genggam. “yaudah cepet ya,nanti dimarahin mas dana loh” ajakku.

Kemudian aku masuk kedalam sekolah lagi, langkahku terhenti karena Nanang menghampiri “vin udah diajak masuk belum amel nya? Tanya nanang kepadaku. “amel? Siapa nang?” tanyaku dengan heran karena aku tak mengenal siapa amel. “cewek yang tadi itu loh.. masa kamu lupa sih vin?” jelasnya. “oh, yang tadi didepan? Iya udah aku suruh masuk,tapi katanya nanti sebentar dia lagi nunggu temen deh kayaknya nang.” Jawabku, “hmm.. yaudah deh ntar juga masuk, oke makasih banyak ya vin!” lanjutnya, “iya nang samasama.” Jawabku

Aku dan cicih bersama teman kelasku duduk ditempat duduk yang ada payung besar nya. Ya,disekitar lapangan ada 2 tempat duduk bersponsor minuman. Tak lama kemudian,perempuan berbaju kuning pun masuk bersama satu teman kelasnya. Aku melihat 2 perempuan itu dari kejauhan,mereka bersalaman dengan mas dana dan mas ibnu. Entah apa yang mas dana katakan, mereka berdua menghampiri tempat dimana kami semua duduk. Seketika nanang memulai percakapan “vin,ini amel. Yang tadi kamu suruh masuk. Ini temennya amel, namanya ghina.” Aku amel dan ghina saling bersalaman disusul dengan cicih, teman sekelasku. “kelas apa mel? Ko ngga pernah liat ya?” tanyaku memulai percakapan diantara kita berempat. “aku sama ghina sekelas vin, 7g,kamu sekelas sama nanang ya?” tanyanya kepadaku, “oh 7g,pantesan nggak pernah liat,kelas kita jaraknya jauh hehe. Iya 7d, ko kamu tau?” jwbku, “iya,tau dari nanang..” tuturnya. Percakapan kami berempatpun menjadi panjang lebar, maklum.. namanya juga perempuan

Tak terasa,waktu istirahat habis dan mas dana membunyikan peluit tanda untuk berkumpul dilapangan. Aku cicih amel ghina dan yang lainnya berjalan menuju lapangan,kakak kelas pun begitu. Setelah berkumpul, mas dana memberikan arahan dan peraturan di eskul basket. “senin rabu mulai jam 3, sabtu kita latihan di GOR jam 1. Kalian harus tertib, tidak boleh telat, yang telat denda. 1 menit denda seribu, kalau kalian terlambat setengah jam.. hitung saja sendiri. Mas ngasih aturan kayak gini,biar kalian tepat waktu,serius buat latihan. Mas bakal memaklumi kalau kalian terlambat karena hal yang emang gakbisa ditunda. Tapi itu bukan alesan,mas tau kalau kalian bohong. Jadi, anak basket jangan ada yang telat, yang telat denda 1menit seribu. Boleh bawa motor,tapi yang sopan naik motornya,kalian masih SMP hati-hati naik motor jangan kebut-kebut.” Jelasnya, “iya mas…” jwab anak-anak dengan kompak. Sekitar pukul 5 sore kami semua melakukan doa bersama sebelum pulang, setelah berdoa kami semua berpamitan kepada mas dana dan mas ibnu. Aku pulang bersama cicih, amel pulang bersama ghina. Nanang pun pulang dengan teman-teman yang lainnya.

Sejak hari itu, ketika disekolah aku berpaspasan dengan amel dan ghina, kami saling menyapa. Ya,mereka berdua teman baruku yang berbeda kelas tapi satu angkatan. Dari hari demi hari,latihan demi latihan,kami berempat semakin akrab. Berawal dari bertemu 3 kali dalam satu minggu,kami sering jalan-jalan dan bermain bersama. Bukan hal yang aneh,berbeda kelas tapi akrab bukan? Ya,kamipun saling berbagi cerita,kami bersahabat dengan baik. Diakhir pecan,kami berempat sudah biasa bermain bersama,bermain sambil ngerjain tugas,atau hanya sekedar bermain dirumah salah satu dari kami berempat.